bunyinya

bunyinya

Kamis, 07 April 2011

Rumput Tetangga Lebih Hijau??

Sepertinya hanya orang yang tidak bersyukur yang selalu merasa bahwa rumput tetanga lebih hijau. Memang tak bisa dipungkiri bahwa setiap orang, termasuk saya sendiri pernah merasakan apa yang namanya iri, cemburu, atau tidak suka melihat orang lain sukses atau punya sesuatu yang lebih dari kita.
Akhir-akhir ini saya sering membaca status teman-teman saya di Facebook yang isinya luapan isi hati mereka yang sedang galau karena merasa bahwa ‘rumput tetangga lebih hijau’.
Dan kebanyakan dari mereka adalah para mahasiswa tingkat akhir dan lainnya mereka yang berusia 20 tahunan. Usut punya usut, penyebabnya antara lain adalah skripsi, karir, ataupun masalah jodoh. Mereka yang sedang berjuang mengerjakan skripsi terkadang merasa bahwa teman-teman seperjuangan mereka sangatlah mudah dalam menyelesaikan skripsinya. Ada juga beberapa yang tidak suka melihat teman-temannya telah memiliki pekerjaan ataupu bisnis kecil-kecilan yang hasilnya cukup untuk menyambung hidup. Rasa tak meyenangkan ini terkadang muncul juga ketika kita melihat teman kita telah menikah, atau setidaknya telah memiliki tambatan hati yang bisa disebut pacar dan mereka telah berencana untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih suci.
Saya pun tak memungkiri bahwa terkadang saya merasakan hal yang sama, tapi saya tidak mau menjadi orang yang tidak bersyukur. Saya selalu berusaha bersyukur untuk menghindari perasaan menjengkelkan itu. Yah, sepertinya satu-satunya cara untuk menghindari persaan tersebut adalah dengan cara selalu bersyukur, bersyukur dengan apa yang kita miliki. Sadar ataupun tidak, tetanggapun terkadang merasa rumput kita lebih hijau. Apa yang kita miliki belum tentu mereka juga memiliki. Ingatlah, setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Rizki telah ada yang mengatur, disela kita juga harus berusaha.
Salah seorang dosen saya pernah bertanya, “lebih mudah mana ikut tertawa bersama orang lain atau ikut menangis?”. Sontak hampir seluruh mahasiswa menjawab “mudah tertawa bersama.” Saya diam saja waktu itu, berusaha berfikir dulu. Kemudian dosen saya itu menanyakan kembali untuk meyakinkan jawaban teman-teman saya dan akhirnya beliau mengatakan bahwa rasanya lebih mudah ikut menangis daripada tertawa. Kemudian saya berpikir, “iya juga ya.” Terkait dengan rumput tetangga tadi, rasanya memang benar pernyataan dosen saya tadi.
Seperti inilah hidup, apalagi di jaman yang sudah maju ini, dimana persaingan sangatlah ketat. Namun, ingatlah selalu untuk bersyukur. Ingatlah setip orang terlahir dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Berusahalah untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi kekurangan tersebut. Kembangkan kelebihan kita menjadi sesuatu yang lebih berharga.
Let’s come to terms n always be grateful ^^   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar